Blog tempat berbagi informasi seputar dunia islam

Selasa, 03 Agustus 2010

Apa Nikmatnya Hidup di Indonesia ?




Saat sore mendekati maghrib, satu keluarga yang bakal berbuka, namun mereka cuma bisa duduk, termangu. Sang bapak, cuma bisa memandangi keluarganya, isteri, anak, serta seseorang cucunya. Keluarga itu tak jauh dari Jakarta. Seperti tengah bingung. Lantaran, hampir tidak ada hidangan yang bisa di santap, waktu berbuka. Itu momen Ramadhan th. lantas, satu keluarga yang kurang sukses dalam kehidupannya.





Maghrib, keluarga yang miskin itu, hanya bisa nikmati hidangan, singkong rebus, serta tempe. Semasing hanya makan tiga potong singkong serta sepotong tempe. Mungkin tersebut hidangan hanya satu yang dinikmatinya waktu berbuka.



Kehidupan memanglah tak ramah untuk beberapa orang yang miskin diperkotaan. Kehidupan mereka pasti begitu tidak sama, terlebih untuk mereka yang bisa nikmati buka puasa di hotel-hotel yang elegan, yang menghidangkan bebagai menu.



Tak tahu telah beralih atau belum nasib keluarga itu? Mungkin saja tak, serta tetaplah miskin. Lantaran, kepala keluarga itu, hanya seseorang kuli galian, yang mustahil nasibnya bisa beralih dengan mendadak. Tetap harus. Tiap-tiap pagi jalan kaki melingkari komplek, serta kadang-kadang duduk di tepi jalan, menanti siapa yang saja bakal memperkerjakannya. Kadang-kadang, sepanjang hari tak ada yang mengajak bekerja. Tak tahu bagaimana nasib setelah itu.



Cuma saja seperti yang pernah disampaikannya, kehidupan yang dihadapi itu telah berjalan kurun waktu yang lama. Nasibnya tidak akan beralih. Isterinya jadi buruh bersihkan, di tetangganya dengan upah Rp 300. 000 rupiah tiap-tiap bln.. Kurang untuk membiayai anaknya yang masihlah duduk di bangku sekolah SD. Menantunya seseorang buruh, yang barusan terserang PHK, serta belum memperoleh pekerjaaan lagi. Saat ini pabrik-pabrik begitu tidak sering ingin terima pekerja laki.



Satu malam mendekati jam 03. 00 awal hari, waktu bakal lakukan sahur, ibunya cuma dapat menyuguhkan menu yang tetaplah, singkong serta tempe, untuk mereka yang berlima. Pastinya, mereka mesti tetaplah berpuasa, serta menahan hasrat untuk makan yang lebih enak, seperti telur serta daging.



Kehidupan keluarga itu, cuma bisa mengonsumsi daging, mungkin hanya satu tahun sekali, waktu di bln. haji, yakni Idul ‘Adha. Tetangganya masihlah ada yang berbaik hati, memberi daging korban. Selebihnya tak pernah lagi rasakan daging.



Entahlah bagaimana kehidupan di bln. Ramadhan th. ini? Keluarga itu begitu bersahaja. Kehidupan yang dihadapinya penuh dengan derita. Keluarga itu tak berpendidikan. Anak-anaknya hanya lulusan SMP atau SD. Anaknya yang baru lulus SMP, bekerja di satu loundry (tempat perusahaan bersihkan/strika), satu hari cuma digaji Rp 10. 000 rupiah. Selalu sehari-hari diminta membersihkan karpet. Tak kuat pisiknya, serta pada akhirnya keluar dari tempat kerjanya. Anak perempuannya dipecat dari pabrik, lantaran tak masuk kerja, dikarenakan anaknya yang masihlah kecil sakit.



Saat ini Ramadhan mendekati. Kurang sebulan lagi, masuk bln. Ramadhan. Orang masihlah terlena dengan sepak bola. Mungkin saja belum rasakan himpitan hidup. Lantaran nasib mereka yang miskin itu, terlupakan oleh tontonan sepak bola. Tiap-tiap malam, beberapa orang miskin bisa melupakan nasib mereka dengan nonton bola, di tetangganya atau di gardu-gardu pos, yang memanglah jadi tempa mangkal.



Seperti telah jadi kebiasaan tiap-tiap th. mendekati Ramadhan, semuanya harga keperluan pokok segera melambung. Tak ada keperluan pokok, yang harga nya stabil. Semuanya naik. Terlebih, saat ini kenaikan itu dipicu dengan kenaikan tarif basic listrik (TDL), serta beberapa penimbun serta entrepreneur dengan sikapnya yang mereka punyai, telah menambah harga-harga yang ada. Kenaikkan TDL itu jadi basic argumen mereka untuk menambah harga-harga keperluan pokok. Semua mencekik rakyat kecil, yang tanpa ada pendapatan yang pasti.



Namun, semua saat bodoh, tak perduli, serta kehidupan tetaplah berjalan. Orang kaya dengan style hidupnya sendiri. Tetaplah nikmati pola hidup kelas tinggi, di hotel, cape, apartemen, serta hidangan yang serba elegan, bahkan juga makanan mereka tersisa, serta dibuang, serta jadi rebutan beberapa orang miskin, yang mencari beberapa bekas makanan di bak-bak sampah.

Negeri yg tidak mempunyai belas kasihan pada beberapa orang miskin, serta membiarkan beberapa orang miskin dengan kehidupannya sendiri. Kembali mereka mendekati Ramadhan cuma bisa nikmati singkong serta tempe, yang mereka pakai berbuka serta sahur.


Apa enaknya hidup di negeri Indonesia ini? Hidup yang penuh dengan beragam paradoks, yang begitu memuakkan ini? Wallahu’alam.



Apa Nikmatnya Hidup di Indonesia ? Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar