Blog tempat berbagi informasi seputar dunia islam

Senin, 05 September 2016

6 Amalan saat 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah



zhafira-islami.Tahukah kita kalau 10 hari pertama di bln. Dzulhijjah yaitu hari-hari paling baik yang di ciptakan oleh Allah seperti dalam firman-Nya :
وَلَيَالٍ عَش�'رٍ “Dan untuk malam yang sepuluh. ” (Q. S. Al Fajr : 2)

yakni sepuluh malam pertama bln. Dzulhijjah, menurut pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Katsir serta Ibnu Rajab (Saksikan Tafsir Ibnu Katsir (4/651) serta Latha-iful Ma’aarif hal. 20) dan jadi pendapat sebagian besar ulama.


Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam bersabda :

 ((رواه البخاري مَا مِن�' اَياَّم ال�'عَمَلُ الصَّالِحُ فِي�'هِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِن�' هَذِهِ ا�'لأَياَّم ال�'عَش�'رَةِ
“Tidak ada hari yang amal sholih di dalamnya lebih di cintai oleh Allah dari hari-hari yang sepuluh ini. ” (HR Al-Bukhari).

Amal yang perlu kita kerjakan yaitu seperti berikut :
1) Perbanyak amal sholih dengan cara mutlak,
berdasar pada hadits di bawah ini :
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِن�' أَيَّامٍ ال�'عَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِن�' هَذِهِ الأَيَّامِ. يَع�'نِى أَيَّامَ ال�'عَش�'رِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ ال�'جِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ : وَلاَ ال�'جِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَف�'سِهِ وَمَالِهِ فَلَم�' يَر�'جِع�' مِن�' ذَلِكَ بِشَى�'ءٍ.

“Tidak ada hari-hari yang pada saat itu amal sholih lebih di cintai oleh Allah melebihisepuluh hari pertama (di bln. Dzulhijjah). ” Beberapa teman dekat radhiyallahu ‘anhum ajukan pertanyaan, “Wahai Rasulullah, juga (melebihi keutamaan) jihad di jalan Allah? ” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ (Ya, melebihi) jihad di jalan Allah, terkecuali seseorang yang keluar (berjihad di jalan Allah) dengan jiwa serta hartanya lalu tak ada yang kembali sedikitpun. ” (HSR al-Bukhari (no. 926), Abu Dawud (no. 2438), at-Tirmidzi (no. 757) serta Ibnu Majah (no. 1727), serta ini lafazh Abu Dawud.)
Berkata al Hafidz Imam Ibnu Rajab al-Hambali : Sungguh hadits ini tunjukkan dilipatgandakan semua amal sholih pada 10 hari pertama di bln. Dzulhijjah.

2) Perbanyak Dzikir
Disunnahkan untuk membaca tahmid, takbir, tahlil serta tasbih dengan mengeraskan bacaannya saat di masjid, tempat tinggal, berjalan-jalan serta tiap-tiap tempat yang dibolehkan untuk berdzikir pada Allah. Ini dapat adalah bentuk syiar beribadah, dan pengingat pada muslim lain supaya di bln. Dzulhijjah untuk mengagungkan Allah Ta’ala.
لِيَش�'هَدُوا مَنَافِعَ لَهُم�' وَيَذ�'كُرُوا اس�'مَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَع�'لُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُم�' مِن�' بَهِيمَةِ الأن�'عَامِ فَكُلُوا مِن�'هَا وَأَط�'عِمُوا ال�'بَائِسَ ال�'فَقِيرَ
“Agar mereka melihat beragam faedah buat mereka serta supaya mereka menyebutkan nama Allah pada sekian hari yang sudah ditetapkan atas rejeki yang Dia berikanlah pada mereka berbentuk hewan ternak. Jadi konsumsilah beberapa darinya serta (beberapa lagi) berikanlah untuk dikonsumsi beberapa orang yang sengsara serta fakir. ”
 (QS. Al Hajj : 28)

Menurut jumhur ‘ulama, arti kalimat “al ayyamul ma’lumat” yaitu 10 hari pertama bln. Dzuhijjah. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
“Tidak ada amalan yang lebih di cintai Allah dari pada amalan yang dikerjakan pada hari-hari yang sepuluh ini, jadi perbanyaklah membaca tahlil, takbir serta tahmid. ’ (H. R. Ahmad)

Saat ini amalan ini seperti asing untuk kita, begitu tidak sering kita mendengar takbir terkecuali beberapa kecil.
Imam Bukhari dalam Shahihnya menyampaikan :
“Umar radhiallahu ‘anhu pernah bertakbir didalam khutbahnya di Mina. Lalu takbir itu didengar oleh beberapa orang yang ada di masjid. Jadi mereka juga bertakbir serta bertakbir juga beberapa orang yang di pasar, hingga Mina dipenuhi oleh gema takbir. Ibnu Umar pernah bertakbir di Mina pada hari-hari itu tiap-tiap usai lakukan sholat saat diatas ranjang tempat tidurnya, didalam tempat tinggal, di majelis serta saat jalan. Maimunah radhiyallahu ‘anha senantiasa bertakbir pada hari-hari Nahr (‘Idhul Adha), sedang beberapa wanita bertakbir di belakang Abban bin Utsman serta Umar bin Abdul Aziz pada malam-malam tasyriq berbarengan lelaki di masjid. ”

Syaikh Al-Albani berkata, “Dalam hadits ini ada dalil disyari’atkannya lakukan takbir dengan nada jahr (keras) di jalanan saat menuju mushalla seperti yang umum dikerjakan golongan muslimin. Walau banyak dari mereka mulai berasumsi sepele sunnah ini sampai beberapa nyaris sunnah ini sebatas jadi berita. Termasuk juga yang baik untuk dijelaskan dalam peluang ini yaitu kalau mengeraskan takbir disini tak disyari’atkan berkumpul atas satu nada (menyuarakan takbir dengan cara serempak dengan di pimpin seorang) seperti dikerjakan oleh beberapa orang. ”

Al-Hafidz Ibnu Hajar memberi komentar beberapa kisah diatas, “Atsar-atsar ini tunjukkan ada takbir pada hari-hari itu saat usai lakukan sholat ‘Id serta dalam beberapa kondisi yang lain. Beberapa Ulama berselisih pendapat mengenai bebrapa waktu dikerjakannya takbir, diantara mereka ada yang memiliki pendapat kalau takbiran itu cuma dikerjakan saat sholat saja. Ada juga yang mengutamakan pada shalat-shalat yang diharuskan saja tanpa ada sholat-sholat nafilah (sholat sunnah), dikerjakan oleh lelaki tanpa ada wanita, dengan berjama’ah tak perseorangan, beberapa orang yang muqim tanpa ada orang yang musafir, beberapa orang yang tinggal di kota saja tanpa ada beberapa orang yang tinggal di desa. Serta dzahir pendapat Al-Bukhari meliputi semua kondisi-keadaaan itu serta dapat dibuktikan atsar-atsar yang sudah beliau katakan mensupport gagasannya itu. (Fiqhus Sunnah jilid 1)

كَبِّرُو�'ا… اَلله أَك�'بَرُ، اَلله أَك�'بَرُ، اَلله أَك�'بَرُ، كَبِي�'رًا… رواه عبد الرق بسند الصحيح

“Bertakbirlah anda : Allahu Akbar (Allah Maha Besar), Allahu Akbar, Allahu Akbar, Kabiira. ” (Shohih, HR Imam Abdur Razzaq dari Salman Radiyallahu ‘anhu)
اَلله أَك�'بَرُ، اَلله أَك�'بَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ، وَاللهُ أَك�'بَرُ، اَلله أَك�'بَرُ وَلِلَّهِ ال�'حَم�'دُ
 ((رواه ابن أبي شيبة و اسند الصحيح
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tak ada sesembahan yang benar terkecuali Allah, Allahu Maha Besar, Allah Maha Besar serta untuk Allah-lah semua pujian. (HR Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu Mas’ud 2/168, Shohih)

3) Puasa 9 hari di bln. Dzulhijjah
Dari Hunaidah bin Khalid Al Khoza’i dari istrinya, dari beberapa istri-istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :
“Dulu Nabi saw berpuasa pada sembilan hari pertama bln. dzulhijjah, hari ‘Asyura, 3 hari setiap bln. serta hari senin pertama pada tiap-tiap bln. serta di dua kamis. ” (An-Nasai serta Abu Dawud)

4) Puasa Arafah
Terkecuali perbanyak dzikir serta amal shalih yang lain, jadi kita juga disunnahkan untuk berpuasa, terutama pada hari Arafah (9 Dzulhijjah). Seperti yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat di tanya mengenai puasa hari Arafah, beliau menjawab :

أَح�'تَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَن�' يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَب�'لَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَع�'دَهُ
“Aku mengharapkan pada Allah puasa ini menggugurkan (dosa-dosa) di th. waktu lalu serta th. selanjutnya. ” HSR Muslim (no. 1162).

Beliau juga bersabda :

مَا مِن�' يَو�'مٍ أَك�'ثَرَ مِن�' أَن�' يُع�'تِقَ اللهُ فِي�'هِ عَب�'دًا مِنَ النَّارِ مِن�' يَو�'مِ عَرَفَةَ
“Tidak ada hari yang Allah membebaskan hamba-hamba dari api neraka, semakin banyak dari pada di hari Arafah. ” (HR. Muslim)

Subhanallah, demikian besar keutamaan serta pahala yang didapatkan dari Allah. Bukankah kita melakukannya?
Mengenai untuk beberapa jama’ah haji, mereka tak diijinkan untuk berpuasa, lantaran pada hari itu mereka mesti lakukan wukuf. Hingga mereka membutuhkan cukup kemampuan untuk perbanyak dzikir serta doa ketika wukuf di Arafah. Hingga pada hari itu kita semuanya mengharapkan untuk memperoleh keutamaan yang begitu besar dan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tak puasa pada hari itu saat lakukan beribadah haji, seperti dalam HSR al-Bukhari (no. 1887) serta Muslim (no. 123). Saksikan kitab Zaadul Ma’ad (2/73).

5) Ikuti sholat ‘Id di lapangan
Sesudah kita melakukan puasa Arafah, jadi esok harinya (tanggal 10 Dzulhijjah) kita disyari’atkan untuk melakukan shalat ‘Id. Mengenai beberapa hal yang butuh di perhatikan yaitu seperti berikut :
Mandi serta kenakan wewangian
Menggunakan aroma cuma dikhususkan untuk lelaki lantaran ada larangan untuk seseorang wanita menggunakan aroma saat keluar tempat tinggal serta menggunakan baju yang terbagus tanpa ada berlebih-lebihan. Sedang wanita disyariatkan baginya keluar menuju tempat shalat ‘Id tanpa ada tabarruj, tanpa ada menggunakan aroma serta selalu melindungi adab-adab yang sesuai sama syariat Islam.
Keluar menuju tanah lapang
Dari Abu Said Al Khudri Radliallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam umum keluar menuju mushalla (tanah lega) pada hari Idul Fitri serta Idul Adha…” (Hadits Kisah Bukhari, Muslim serta An-Nasaa’i)

Dari Jabir bin Samurah Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Aku pernah shalat dua hari raya berbarengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kian lebih sekali, 2 x, tanpa ada dikumandangkan azan serta tanpa ada iqamah” (Kisah Muslim, Abu Daud serta At-Tirmidzi)
Ibnu Abbas serta Jabir Radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Tidak pernah dikumandangkan adzan (untuk shalat ‘Id) pada hari Idul Fithri serta Idul Adha” (Kisah Muslim, Abu Daud serta At-Tirmidzi)
Tak ada shalat sunnah sebelumnya serta setelah shalat ‘Id
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat dua raka’at pada hari Idul Fithri, beliau tak shalat terlebih dulu serta tak juga sesudahnya…. ” (Hadits Kisah Al-Bukhari, At-Tirmidzi 537, An-Nasa’i serta Ibnu Majah)
Berkata Ibnul Qayyim Rahimahullah, “Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta beberapa sahabatnya tak pernah lakukan shalat (sunah) saat tiba di tanah lega sebelumnya shalat ‘Id serta tak juga sesudahnya”.

6) Berkurban pada hari Id serta tasyriq
Menyembelih kurban yaitu amalan yang kerap dikerjakan golongan muslimin pada Idul Adha. Serta disunnahkan untuk orang yang menyembelih untuk mengerjakannya di tanah lega yang dipakai untuk sholat ‘Id.
Seperti yang dijelaskan didalam satu hadits shahih (yang berarti) sebenarnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam lakukan dzabh serta nahr (dzabh yaitu menyembelih sapi serta kambing serta nahr yaitu menyembelih unta), di tanah lega (HR Al-Bukhari, An Nasa’i, Ibnu Majah serta Abu Dawud).

Do’a menyembelih hewan kurban
Berdasar pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim, serta Abu Dawud, doa yang di baca Nabi Muhammad saat akan menyembelih hewan kurban yaitu :
باِس�'مِ اللهِ ، اَللَّهُمَّ تَقَبَّل�' مِن�' مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ مِن�' أُمَّةِ مُحَمَّدٍ
Dengan nama Allah, ya Allah terimalah (kurban) dari Muhammad serta keluarga Muhammad dan dari ummat Muhammad.

Dalam satu kisah dari Anas yang seumpama dengan kisah diatas, walau demikian selanjutnya dijelaskan kalau Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengatakan :
بِاس�'مِ اللهِ ، وَ اللهُ أَك�'بَرُ
Dengan Nama Allah, Allah Maha Besar. (HR Muslim)
Dalam kisah Baihaqi dengan menggunakan penambahan :
اَللَّهُمَّ مِن�'كَ وَ لَكَ
“Ya Allah, darimu serta untukmu. ” (HR Baihaqi)

Saat menyembelih
Hewan kurban disembelih sesudah usai shalat ‘Id. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya perkara yang pertama kita mulai pada hari ini yaitu kita shalat lalu menyembelih. Jadi barangsiapa yang lakukan hal semacam itu, dia sudah memperoleh sunnah kami. Serta barangsiapa yang sudah menyembelih (sebelumnya shalat), jadi sebenarnya sembelihan itu yaitu daging yang ditujukan untuk keluarganya, bukanlah termasuk juga hewan kurban sedikitpun. ” (HR. Muslim)

Diijinkan untuk mengakhirkan penyembelihan, yakni menyembelih pada hari ke-2 serta ketiga sesudah hari ‘Id. Seperti diterangkan dalam hadits :

“Dari Nabi shallallahu alai wa sallam sebenarnya beliau bersabda : sehari-hari tasyriq ada sembelihan. ” (HR. Ahmad) 

Larangan Memotong Rambut serta Kuku 
Barangsiapa yang akan berkurban, tak diijinkan untuk dia memotong rambut serta kukunya sedikitpun, sesudah masuk tanggal 1 Dzulhijjah sampai shalat ‘Id. 
Dari Ummu Salamah, sebenarnya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda : “Apabila kalian lihat hilal bln. Dzulhijjah serta salah seseorang diantara kalian akan menyembelih, jadi sebaiknya dia menahan (yaitu tak memotong) rambut serta kukunya. ” (HR. Muslim) 
Imam Nawawi berkata : “Maksud larangan itu yaitu dilarang memotong kuku dengan gunting serta semacamnya, memotong rambut ; baik gundul, memendekkan rambut, mencabutnya, membakarnya atau diluar itu. Serta termasuk juga dalam soal ini, memotong bulu ketiak, kumis, kemaluan serta bulu yang lain yang ada di tubuh. 

Berkata Ibnu Qudamah : “Siapa yang tidak mematuhi larangan itu sebaiknya minta ampun pada Allah serta tak ada fidyah (tebusan) baginya, baik dikerjakan berniat atau lupa. ” 

Hewan kurban tak cacat 
Termasuk juga tuntunan Nabi shallalahu alaihi wa sallam yakni pilih hewan yang selamat dari cacat serta pilih yang paling baik. Beliau melarang menyembelih hewan yang terputus telinganya, terpecah tanduknya, matanya pece, terputus sisi depan atau belakang telinganya, terbelah atau terkoyak telinganya. Mengenai gibas yang dikebiri bisa untuk disembelih. 

Langkah menyembelih 
Menyembelih dengan pisau yang tajam, mengatakan bismillah wallahu akbar, membaringkan sembelihan pada segi kirinya lantaran yang sekian gampang untuk si penyembelih memegang pisau dengan tangan kanannya, serta menahan lehernya dengan tangan kiri. 

“Dari Anas bin Malik, dia berkata : Sebenarnya Nabi shallallahu `alaihi wa sallam menyembelih dua ekor gibasnya yang bagus serta bertanduk. Beliau mengatakan basmallah serta takbir serta menempatkan kakinya di samping lehernya. ” (HR. Al-Bukhari, Muslim serta yang lain) 
Serta disunnahkan untuk yang berkurban, memotong sendiri sembelihannya serta dibolehkan mewakilkan pada orang lain. 

Subhanallah, demikian besar rahmat serta kasih sayang Allah pada hamba-hamba-Nya. Lantaran Allah Subhanahu wa Ta’ala masihlah memberi peluang untuk orang yang belum dapat menggerakkan beribadah haji untuk memperoleh keutamaan yang besar juga, yakni beramal shalih pada sepuluh hari pertama di bln. Dzulhijjah. Hingga telah harusnya golongan muslimin memakai sepuluh hari pertama ini dengan beragam amalan beribadah, seperti berdoa, dzikir, sedekah, dsb. Sungguh tidak pantaslah kita jadi hamba yg tidak bersukur. 
Mudah-mudahan pemaparan ini bisa memberi faedah serta pencerahan pada kita semuanya. Wallahu A’lam. 

6 Amalan saat 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar